Tuesday, August 01, 2006

Tentang asal mula Suku Dayak

Tentang asal mula suku Dayak

Tentang asal mula suku bangsa Dayak, banyak teori yang diterima adalah teori imigrasi bangsa China dari Provinsi Yunan di Cina Selatan. Penduduk Yunan ber-imigrasi besar-besaran (dalam kelompok kecil) di perkirakan pada tahun 3000-1500 SM (SM). Sebagian dari mereka mengembara ke Tumasik dan semenanjung Melayu, sebelum ke wilayah Indonesia. Sebagian lainnya melewati Hainan,Taiwan dan filipina.

Pada migrasi gelombang pertama yang oleh beberapa ahli disebut proto-melayu, datanglah kelompok negroid dan weddid. Sedangkan gelombang kedua, dalam jumlah yang lebih besar di sebut Deutero-Melayu. Para migran Deutero-Melayu kemudia menghuni wilayah pantai Kalimantan dan disebut suku Melayu. Proto-melayu dan Deutero-melayu sebenarnya berasal dari negeri yang sama.

Menurut H.TH. Fisher, migrasi dari asia terjadi pada fase pertama zaman Tretier. Saat itu, benua Asia dan pulau Kalimantan yang merupakan bagian nusantara masih menyatu, yang memungkinkan ras mongoloid dari asia mengembara melalui daratan dan sampai di Kalimantan dengan melintasi pegunungan yang sekarang disebut pegunungan Muller-Schwaner.

Dari pegungungan itulah berasal sungai-sungai besar seluruh Kalimantan. Diperkirakan, dalam rentang waktu yang lama, mereka harus menyebar menelusuri sungai-sungai hingga ke hilir dan kemudian mendiami pesisir pulau Kalimantan (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1977-1978)

Cerita selanjutnya suku Dayak adalah tentang bagaimana mereka menghadapi gelombang-gelombang kelompok lain yang datang ke Kalimantan. Suku Dayak pernah membangun sebuah kerajaan. Dalam tradisi lisan Dayak, sering disebut ”Nansarunai Usak Jawa”, yakni sebuah kerajaan Dayak Nansarunai yang hancur oleh Majapahit, yang diperkirakan terjadi antara tahun 1309-1389 (Fridolin Ukur,1971). Kejadian tersebut mengakibatkan suku Dayak terdesak dan terpencar, sebagian masuk daerah pedalaman.

Arus besar berikutnya terjadi pada saat pengaruh Islam yang berasala dari kerajaan Demak bersama masuknya para pedagang Melayu (sekitar tahun 1608). Sebagian besar suku Dayak memeluk Islam tidak lagi mengakui dirinya sebagai orang Dayak, tapi menyebut dirinya sebagai orang Melayu atau orang Banjar. Sedangkan orang Dayak yang menolak agama Islam kembali menyusuri sungai, masuk ke pedalaman di Kalimantan Tengah, bermukim di daerah-daerah Kayu Tangi, Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Lawas dan Watang Balangan. Sebagain lagi terus terdesak masuk rimba. Orang Dayak pemeluk islam kebanyakan berada di Kalimantan Selatan dan sebagian Kotawaringin, salah seorang Sultan Kesultanan Banjar yang terkenal adalah Lambung Mangkurat sebenarnya adalah seorang Dayak (Ma’anyan atau Ot Danum)

Tidak hanya dari nusantara, bangsa-bangsa lain juga berdatangan ke Kalimantan. Bangsa Tionghoa diperkirakan mulai datang ke Kalimantan pada masa Dinasti Ming tahun 1368-1643. Dari manuskrip berhuruf kanji disebutkan bahwa kota yang pertama di kunjungi adalah Banjarmasin. Tetapi masih belum jelas apakah bangsa Tionghoa datang pada era Bajarmasin (dibawah hegemoni Majapahit) atau di era Islam. Kedatangan bangsa Tionghoa tidak mengakibatkan perpindahan penduduk Dayak dan tidak memiliki pengaruh langsung karena langsung karena mereka hanya berdagang, terutama dengan kerajaan Banjar di Banjarmasin. Mereka tidak langsung berniaga dengan orang Dayak. Peninggalan bangsa Tionghoa masih disimpan oleh sebagian suku Dayak seperti piring malawen, belanga (guci) dan peralatan keramik (Departeman Pendidikan dan Kebudayaan,1977-1978)

Bahkan sumber lain menyebutkan sejak awal abad V bangsa Tionghoa telah sampai di Kalimantan. Pada abad XV Raja Yung Lo mengirim sebuah angkatan perang besar ke selatan (termasuk Nusantara) di bawah pimpinan Chang Ho, dan kembali ke Tiongkok pada tahun 1407, setelah sebelumnya singgah ke Jawa, Kalimantan, Malaka, Manila dan Solok. Pada tahun 1750, Sultan Mempawah menerima orang-orang Tionghoa (dari Brunei) yang sedang mencari emas. Orang-orang Tionghoa tersebut membawa juga barang dagangan diantaranya candu, sutera, barang pecah belah seperti piring, cangkir, mangkok dan guci (Sarwoto kertodipoero,1963)

(Tempun Petak Nana Sare, Kartika Rini, 2005)

22 comments:

Anonymous said...

Bang Nordin, makasih banyak nih infonya tentang asal mula suku dayak. aku lagi kul di Unpad, asli Sunda, tapi aku lahir & gede di Kal Bar, kebetulan lagi bikin tesis tentang komunikasi dayak madura, dan aku butuh banyak banget informasi tentang sejarah konflik dayak madura. tapi sulit banget cari referensinya. kalau Bang Nordin punya info tolong kabari aku ya di komikira@email.com. Makasih Bang. doakan ya mudah-mudahan tesisnya lancar.

Anonymous said...

Kok tau sich Bang Nordin tentang orang Dayak??ato memang Bang Nordin orang Dayak....ato Banjar??saya baru tau kalo Lambung Mangkurat orang Dayak.
=Umpu Kakah=

Nordin said...

Dulu nggak ada yg namanya Banjar, banjar adanya setelah ada kerajaan banjar. Demikian juga Dayak adanya karena ada pengistilahan itu oleh Penjajah belanda saja.

Umpu Kakah=Cucu kakek, bhs maanyan..heheh

Buat Ira, kirimkan saja email ke nordin1211@gmail.com

Anonymous said...

babujur pak nordin puang sa ipusu hanyu masalah sejarah ulun dayak isa sega hehehe

Anonymous said...

aku sa katuju tuu andri sejarah ulun dayak tapi amun tau peninggalan ni na anak jua kai kami sebagai suku dayak karasa mengenai sejarah kami

Anonymous said...

saya nugra, dayak maanyan, saat ini di kaltim,
saya memikirkan bagaimana dayak bisa menjadi salah satu unsur perubah dalam dinamika nusantara ini, bukan hanya menjadi korban kebijakan.
tokoh2 yang hadir dalam bingkai nusantara kalau bukan jawa ya bugis. sudah seharusnya dayak ikut andil, kalau jawa memiliki statement bahwa tidak rela presiden dipimpin orang jawa, mengapa kita tidak melakukan hal yg sama?jika tidak, maka selamanya dayak inferior.
trims

Anonymous said...

hai mas nordin ikutan dunks....., aku disebut dayak.. kyknya seh iya.. tapi ga berasa juga sey. Papa aku org dayak asli.., tapi mama org banten-jogja.., jadi setengah2 dech..
Papa aku tuch org ketapang (aku juga lahir di sana), kalbar.., tapi katanya seh dulunya dari kalteng (nenek moyangnya), kira2 aku tuch org dayak mana yaaa??? papa aku sey dulu bilang dayak kayoung..?? ada ga sey??itu masuk sub suku dayak apa ya..?? makasih bnyk yaaaaa

Anonymous said...

Terima kasih untuk infonya, saya kelahiran Pontianak dan tinggal disana sampai selesai SMA. Th 1997 saya bersama anak & suami mengunjungi keluarga di Pontianak sayang tdk bisa ke Sanggau krn saat itu keadaan sedang panas. Rindu melihat kampung halaman ibu saya (Sanggau) sampai saat ini belum tercapai. Mudah2an kalau ada umur panjang saya & keluarga bisa kesana.

LeNTeR@_BuD@Y@ said...

Hamdan, lahir dari seorang betawi, besar di jawa.
Saya bangga anda sangat hapal entah darimana asalnya, tapi saya tetap tidak perduli.
Bang Nordin, informasi ini, maaf saya masukkan ke blogger saya. Saya mencoba mengumpulkan seluruh artikel yang berbau budaya semata-mata hanya ingin menwujudkan cita-cita saya dengan membuat situs tentang budaya lokal Indonesia dan menjual komoditi ini menjadi komoditi terbesar di dunia. Karena saya beranggapan bahwa dunia tanpa budaya tidak akan hidup.
Dan Indonesia bisa maju hanya dengan dia melirik kembali budaya mereka yang sangat majemuk untuk dimanfaatkan menjadi pendapatan sehari-hari yang tidak hanya terpaku pada perkembangan zaman.
Main-main ke blog saya ya,...

Anonymous said...

ayah saya banjar, ibu saya bakumpai. sedih rasanya punya pulau kaya tapi tidak memiliki. kapan ya bang nordin kita punya event besar buat suku-suku kalimantan bangkit. biar kalimantan punya pimpinan yang bisa membuat kalimantan jadi pulau yang modern berbudaya.

Anonymous said...

Saya jujur baru tau kalo lambung mangkurat keturunan Dayak maanyan......Biasakah anda menjelaskan dasar anda memaparkan keseluruhan cerita anda!

Mun Ta'u naan dasar ni....
Awi are uluh dayak dia ktawan je sabujur ah...

Anonymous said...

Saya kira, komentar yang mengatakan bahwa kata "dayak" dulunya tidak ada dan diberikan oleh Belanda adaah salah. Karena kata "dayak" sendiri berasal dari kata "daya'" atau "hulu" yang berarti orang gunung atau perbukitan. Saya tidak setuju dengan dengan pernyataan Penulis. Sebagai orang Dayak asli, saya merasa tersinggung.

lukas said...

Stop primordial... karena ciri khas orang dayak adalah profesional dan berdasarkan prestasi, bukan atas dasar KKN. siapapun orang yang menjadi pemimpin bangsa ini ia harus berprestasi dan memiliki jiwa profesional. bukan karena ia dari suku atau agama tertentu. maka kalau orang dayak hendak menjadi pemimpin bangsa ini harus meningkatkan prestasi dan profesional ini.
saya sendiri asli dayak kalteng, sekarang tinggal di cirebon Jawa Barat.

Anonymous said...

Saya lahir besar di kalimantan,tapi asli sumatera. Saya seneng sama orang dayak,baik-baik orangnya. Saya juga punya teman orang dayak ngaju,ramahhhh orangnya. Menyenangkan.
Buat bang nordin,ada gak info tentang sape? saya pengen belajar maen sape?

-Frank-

Anonymous said...

Bagus blognya... Saya suka budaya Indonesia, darimana saja. Ayo kita majukan budaya dan daerah kita masing-masing... dengan saling mendukung....

ULUH BASAHAP KURIK said...
This comment has been removed by the author.
hengky said...

nini kake buyut dan bapak saya asli daya kapuas,ibu asli jawa timur, sy lahir dan besar dipulau jawa surabaya, apaun sukunya, kita tetap orang indonesia asli...

Anonymous said...

ku cuma pengen tau sejarahx za soalx kyx suku banjar sama dayak tu deket banget,,,,

Anonymous said...

Bang Nordin...saya Depi Mhs Kehutanan Unpar. Makasih ya infonya ttg asal usul Dayak, saya asli suku Dayak Ngaju skrg di Palangka Raya, saya kdg2 heran orang srg tanya begini dg saya "Dep, matamu sipit km keturunan Cina ya?". Setau saya ga punya keturunan org Cina, bahkan saya sampai tanya dengan ibu saya. Dengan adanya Blog ini, saya jd tau trnyata nenek moyang saya dulu berasal dari Cina...:')

=Depi=

Anonymous said...

Kl musik hy gitar atau drum saja rasanya kurang asyik.. begitu jg kemajemukan yg dmiliki indonesia, alangkah indahnya jika perbedaan itu kt jadikan sbg instrument untuk mnciptakan musik yg harmonis.. saling mendukung dan membangun!!

Anonymous said...

pak nordin,saya berasal dari Sabah Malaysia,suku Brunei. awalnya saya menyangkakan suku saya berasal dari suku melayu, setelah membuat beberapa kajian tentang banyaknya teori yg saling bertindih bersangkutan suku dayak di kepulauan borneo,akhirnya rumusan yg tepat adalah keseluruhan suku2 asli di borneo ini samada di kalimantan, sabah, sarawak dan negara berunei adalah berasal dari keluarga yg sama iaitu dayak yg berpecah kpd sub ethnic mengikut geography, pengaruh agama dan budaya luar khususnya dari melayu semenanjung malaysia dan indonesia. Yg jelas sebahgian besar suku2 dayak yg telah di islamkan dari sekitar kurun ke 13 d negara berunei, sabah dan sarawak telah melalui proses 'melayunisasi' sehingga merobah bahasa, adat dan budaya keluarga asli dayak di borneo ini. Sebahagian besar pula keluarga dayak ini dikristiankan zaman penjajahan belanda dan british dan masih tega mempertahankan adat lama budaya hidup keluarga dayak. Kami yg beragama islam dan kristian tetap berasal dari satu keluarga yg sama..DAYAK BORNEO.

Anonymous said...

Bapak saya jawa ibu saya dayak lundaye (kaltim). Saya besar disurabaya.
Bnyk temen&org yg baru liat saya tdk menganggap saya org jawa melainkan org luar jawa,bahkan bnyk yg mengira saya turunan cina. Ini dikarenakan face saya yg mirip ibu saya yg org dayak.
Kakek dari ibu saya pernah cerita klo nenek moyang dayak berasal dari daratan cina. Smenjak itu saya ga kaget klo dipanggil "koko".